ANALISIS
PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
( PDRB) DAN PENGANGGURAN TERHADAP
KEMISKINAN DI KABUPATEN NIAS SELATAN TAHUN 2009 – 2013
Ruth
Yohana
Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Medan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh PDRB dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan
di kabupaten Nias Selatan tahun 2009-2013. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yang didapat dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara
tahun 2009-2013, yang selanjutnya di analisa menggunakan regresi linear
berganda menggunakan sofware spss versi15.0 for windows. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa Laju pertumbuhan PDRB berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan, artinya peningkatan laju pertumbuhan PDRB akan mengurangi
kemiskinan. Tingkat pengangguran berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
kemiskinan, artinya meningkatnya tingkat pengangguran akan berpengaruh
meningkatkan tingkat kemiskinan.
Kata kunci : Kemiskinan, PDRB dan
Pengangguran.
A.
PENDAHULUAN
Suatu
negara selalu mengharapkan suatu pembangunan ekonomi yang baik dimana tidak
adanya pengangguran, pendapatan nasional yang tinggi, pendidikan yang tinggi
dan rendahnya angka kemiskinan. Namun, dalam pembangunan ekonomi selalu saja
ada masalah yang dialami negara. Salah satunya yang sangat sulit untuk diatasi
adalah kemiskinan. Awalnya pengertian kemiskinan adalah suatu keadaan ketidakmampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Namun seiring dengan perkembangan
zaman, pengertian kemiskinan semakin meluas. Kemiskinan tidak lagi dipandang
sebagai ketidakmampuan seseorang memenuhi kebutuhan dasarnya saja, namun sudah
berkembang dengan kebutuhan sekunder dan lainnya. Kemiskinan bisa terjadi di
negara berkembang dan juga negara maju. Kemiskinan ekstrem tetap mencolok di
negara berkembang, sekalipun sudah banyak peningkatan lebih dari setangah abad
yang lalu.
Perkembangan
ekonomi wilayah merupakan bagian dan kelanjutan dari pembangunan itu sendiri,
namun yang terjadi dalam era Pelita I hingga tahun 1997, pembangunan di wilayah
Indonesia secara makro terlihat sukses. Dan jika hal ini lebih dikerucutkan,
maka akan terlihat kesenjangan dalam bentuk ketimpangan dalam distribusi
pendapatan antar kelompok serta kesenjangan ekonomi antar propinsi. Hal ini
yang kemudian mendorong adanya desentralisasi pembangunan, yang diwujudkan
dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, yang selanjutnya
diperbaharui melalui UU No. 32 Tahun 2004. Salah satu perwujudan dari
desentralisasi tersebut adalah pemekaran wilayah kepulauan Nias, dimana Nias
Selatan yang merupakan wilayah administrasi Kabupaten Nias, melalui UU No. 9 Tahun
2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat dan
Kabupaten Humbang Hasundutan pada tanggal 25 Februari 2003 memperoleh hak
otonom, yang kemudian diresmikan pada tanggal 28 Juli 2003.
Berikut
adalah data kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, PDRB dan pengangguran di kabupaten
Nias Selatan.
Data PDRB Kab. Nias
Selatan Tahun 2009-2013
Variabel
|
Tahun
|
||||
2013
|
2012
|
2011
|
2010
|
2009
|
|
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
|
1431.03
|
1360.87
|
1286.52
|
1231.58
|
1182.90
|
PDRB Atas Harga Berlaku (Milyar Rupiah)
|
2947.37
|
2678.83
|
2442.56
|
2244.82
|
2014.35
|
Data Pengangguran Kab.
Nias Selatan tahun 2009-2013
Variabel
|
Tahun
|
||||
2013
|
2012
|
2011
|
2010
|
2009
|
|
Jumlah Pengangguran
Berumur 15 Tahun keatas
|
4313.00
|
705.00
|
7237.00
|
3986.00
|
4822.00
|
Tingkat Pengangguran Terbuka
Penduduk Umur 15 tahun Keatas(%)
|
2.79
|
0.48
|
5.23
|
2.43
|
3.96
|
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
penduduk Umur 15 Tahun keatas(%)
|
87.30
|
80.03
|
75.19
|
82.59
|
76.20
|
Sumber:
http://sumut.bps.go.id
Data
Kemiskinan Kab. Nias Selatan tahun 2009-2013
Variabel
|
Tahun
|
||||
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
|
Jumlah
Penduduk miskin (Juta)
|
59,91
|
60,1
|
57,8
|
56,05
|
-
|
Persentase
penduduk miskin
|
22,19
|
20,73
|
19,71
|
19,04
|
18,83
|
Sumber:
http://sumut.bps.go.id
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Kabupaten/Kota, 2011 – 2013
|
||||||||||||
Kabupaten/Kota
|
Jumlah (000 jiwa)
|
Persentase (%)
|
||||||||||
2011
|
2012*)
|
2013
|
2011
|
2012*)
|
2013
|
|||||||
Kabupaten
|
||||||||||||
01. N i a s
|
25,39
|
24,99
|
23,28
|
19,11
|
18,67
|
17,28
|
||||||
02. Mandailing Natal
|
49,05
|
48,39
|
40,69
|
11,98
|
11,58
|
9,62
|
||||||
03. Tapanuli Selatan
|
30,39
|
29,91
|
30,77
|
11,40
|
11,10
|
11,33
|
||||||
04. Tapanuli Tengah
|
50,21
|
49,61
|
52,00
|
15,96
|
15,03
|
15,41
|
||||||
05. Tapanuli Utara
|
33,57
|
33,09
|
33,75
|
11,89
|
11,55
|
11,68
|
||||||
06. Toba Samosir
|
16,93
|
16,64
|
16,96
|
9,67
|
9,43
|
9,54
|
||||||
07. Labuhanbatu
|
42,61
|
42,08
|
38,14
|
10,15
|
9,61
|
8,53
|
||||||
08. A s a h a n
|
73,39
|
72,32
|
80,54
|
10,85
|
10,52
|
11,60
|
||||||
09. Simalungun
|
84,35
|
83,09
|
87,72
|
10,21
|
9,97
|
10,45
|
||||||
10. D a i
r i
|
25,87
|
25,49
|
24,00
|
9,48
|
9,28
|
8,68
|
||||||
11. K a r o
|
37,22
|
36,71
|
36,93
|
10,49
|
9,93
|
9,79
|
||||||
12. Deli Serdang
|
92,33
|
91,19
|
91,97
|
5,10
|
4,78
|
4,71
|
||||||
13. L a n g k a t
|
100,80
|
99,27
|
104,31
|
10,31
|
10,02
|
10,44
|
||||||
14. Nias Selatan
|
57,80
|
56,94
|
56,96
|
19,71
|
19,05
|
18,83
|
||||||
15. Humbang Hasundutan
|
17,50
|
17,25
|
17,94
|
10,09
|
9,73
|
10,00
|
||||||
16. Pakpak Bharat
|
5,39
|
5,32
|
4,94
|
13,16
|
12,40
|
11,28
|
||||||
17. Samosir
|
18,95
|
18,48
|
17,18
|
15,67
|
15,17
|
14,01
|
||||||
18. Serdang Bedagai
|
60,50
|
59,53
|
56,55
|
10,07
|
9,89
|
9,35
|
||||||
19. Batu Bara
|
44,34
|
43,66
|
46,86
|
11,67
|
11,24
|
11,92
|
||||||
20. Padang Lawas Utara
|
24,04
|
23,72
|
25,01
|
10,64
|
9,98
|
10,28
|
||||||
21. Padang Lawas
|
24,04
|
23,64
|
21,23
|
10,56
|
9,80
|
8,59
|
||||||
22. Labuhanbatu Selatan
|
41,74
|
41,21
|
37,33
|
14,86
|
13,96
|
12,36
|
||||||
23. Labuhanbatu Utara
|
39,34
|
38,68
|
39,09
|
11,77
|
11,34
|
11,34
|
||||||
24. Nias Utara
|
39,15
|
38,51
|
40,78
|
30,44
|
29,50
|
30,94
|
||||||
25. Nias Barat
|
24,24
|
23,84
|
24,88
|
29,32
|
28,57
|
29,65
|
||||||
Kota
|
||||||||||||
71. S i b o l g a
|
11,25
|
11,13
|
11,08
|
13,18
|
13,00
|
12,90
|
||||||
72. Tanjungbalai
|
24,24
|
23,86
|
24,20
|
15,52
|
14,86
|
14,85
|
||||||
73. Pematangsiantar
|
26,45
|
26,01
|
26,61
|
11,15
|
10,79
|
10,93
|
||||||
74. Tebing Tinggi
|
18,27
|
18,02
|
17,98
|
12,44
|
11,93
|
11,74
|
||||||
75. M e d a n
|
204,19
|
201,06
|
209,69
|
9,63
|
9,33
|
9,64
|
||||||
76. B i n j a i
|
17,41
|
17,16
|
17,48
|
7,00
|
6,72
|
6,75
|
||||||
77. Padangsidimpuan
|
19,52
|
19,24
|
18,44
|
10,08
|
9,60
|
9,04
|
||||||
78. Gunungsitoli
|
40,97
|
40,40
|
41,10
|
32,12
|
30,85
|
30,94
|
||||||
Sumber: BPS-Survey Sosial Ekonomi
Nasional 2011 – 2013
|
||||||||||||
Keterangan: *) Hasil backasting menggunakan penduduk hasil proyeksi
|
||||||||||||
Berdasarkan
data kemiskinan diatas, Nias Selatan termasuk salah satu wilayah denga tingkat
kemiskinan yang tinggi di Sumatera Utara sama seperti Kota Gunung Sitoli, Nias
Utara, Nias Barat, dan Nias. Jumlah penduduk di Nias Selatan tahun 2013
diperkirakan sebanyak 294.069 jiwa. Jika dilihat dari segi pertumbuhan ekonomi, dan
pendidikan, kabupaten Nias Selatan sangat memprihatinkan. Pengangguran di Nias
Selatan juga tergolong masih banyak. Kabupaten Nias Selatan
terkenal sebagai kabupaten yang subur dan sebagian besar wilayahnya berbatasan
dengan laut yang berpotensi bidang perikanan laut dan pariwisata laut yang terkenal
seperti Sorake dan Lompat Batu di Bawomataluo dan juga ada pada dataran rendah
dan dataran bergelombang, dan adanya pelabuhan laut, oleh karena itu Kabupaten
Nias Selatan merupakan wilayah yang cukup strategis. Dengan kekayaan alam ini,
seharusnya Nias Selatan bisa menjadi kabupaten yang berkembang dan memiliki
infrastruktur yang memadai. Namun kenyataannya, Nias Selatan masih cukup
tertinggal baik dari segi pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan tingkat
penganggurannya. Hal ini disebabkan karena kurangnya kualitas dari tenaga
kerjanya. Ini dapat kita lihat dari sektor pendidkan dan kesehatan yang masih
memprihatinkan di Nias Selatan. Selain itu, infrastruktur di Nias Selatan juga
masih kurang memadai. PDRB kab. Nias juga masih tergolong rendah dibanding
wilayah di Sumatera Utara lainnya. Sehingga pada karya ilmiah ini, ingin diteliti
bagaimana sebenarnya pengaruh PDRB dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan
di Kabupaten Nias Selatan.
·
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana
pengaruh produk domestik bruto ( PDRB ) terhadap kemiskinan di kabupaten Nias
Selatan ?
2.
Bagaimana
pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten Nias Selatan?
·
TUJUAN
Tujuan dari karya ilmiah ini adalah
:
1. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh produk domestik bruto (PDRB) terhadap tingkat
kemiskinan di kabupaten Nias Selatan.
2. untuk
mengetahui bagaimana pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di
kabupaten Nias Selatan.
·
HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu, serta
kerangka pemikiran yan telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis yang coba
diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada pengaruh PDRB dan pengangguran terhadap
tingkat kemiskinan di kabupaten Nias Selatan
Ho
: Tidak ada pengaruh PDRB dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di
kabupaten Nias Selatan
·
METODOLOGI PENELITIAN
·
Variabel
Penelitian Dan Definisi Operasional
Menurut Sugiyono (2005)
dalam Widiastuti (2010) Variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau
subyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang yang lain atau
satu obyek dengan obyek yang lain. Terdapat lima jenis variabel, yaitu: variabel
independen (pengaruh, bebas, stimulus, prediktor), variabel dependen
(dipengaruhi, terikat, output, kriteria, konsekuen), variabel moderator,
variabel intervening (antara), dan variabel kontrol.
Penelitian ini
menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.
1. Variabel
Dependen
Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kemiskinan di kabupaten Nias Selatan.
2. Variabel
Independen
Variabel
independen dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
dan pengangguran di kabupaten Nias Selatan.
·
Jenis dan
Sumber Data
Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh berdasarkan informasi yang telah disusun dan dipublikasikan oleh
instansi tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
berbagai sumber antara lain:
1. Kemiskinan
Diperoleh dari data BPS Sumut Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013.
2. Tingkat
PDRB
Diperoleh dari data BPS Sumut Tahun 2009,
2010, 2011, 2012, 2013.
3. Tingkat
Pengangguran
Diperoleh dari data BPS Sumut Tahun
2009, 2010, 2011, 2012, 2013.
·
Metode
Analisis
Dalam penelitian ini, menggunakan analisis regresi linear menggunakan
aplikasi SPSS 15.0 for windows.
B. TINJAUAN
PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Kerangka
pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa kemiskinan dipengaruhi oleh dua
variabel pembangunan ekonomi, antara lain laju pertumbuhan PDRB dan pengangguran.
PDRB sebagai indikator pertumbuhan ekonomi di Nias Selatan. Tingkat
pengangguran untuk menggambarkan kemampuan suatu struktur perekonomian dalam penyediaan
lapangan pekerjaan, dimana akan sangat berpengaruh pada distribusi pendapatan
dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
·
Kemiskinan
Bank dunia
mendefinisikan kemiskinan sebagai “ poverty is lack of shelter. Poverty is
being sick and not being able to see a doctor. Poverty is not being able to go
to school and not knowing how to read. Poverty is not having a job, is fear of
the future, living one day at a time. Poverty is losing a child to illness
brought about by unclean water. Poverty is powerlessness, lack of
representation and freedom”. Kemiskinan berkenaan dengan ketiadaan tempat
tinggal, sakit dan tidak mampu untuk berobat ke dokter, tidak mampu untuk
sekolah dan tidak tahu baca tulis. Kimiskinan adalah bila tidak memiliki
pekerjaan sehingga takut menatap masa depan, tidak memiliki akses akan air
bersih. Kemiskinan adalah ketidakberdayaan, kurangnya representasi dan kebebasan.
Kemiskinan
biasanya didefinisikan sebagai sejauh mana suatu individu berada di bawah
tingkat standar hidup minimal yang dapat diterima olehh masyarakat. Marianti
dan Munawar (2006) berpendapat bahwa kemiskinan merupakan fenomena
multidimensi, didefinisikan dan diukur dalam banyak cara. Dalam banyak kasus,
kemiskinan telah diukur dengan terminologi kesejahteraan ekonomi, seperti
pendapatan dan konsumsi. Niemietz (2011) menyatakan bahwa kemiskinan adalah
ketidakmampuan untuk memebeli barang-barang kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian, papan dan obat-obatan.
Badan Pusat
Statistik (BPS) menggunakan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs
approach) dalam menentukan kemiskinan. Seseorang tergolong dalam kategori
miskin bila tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Rio group (2006) secara
umum menggolongkan kemiskinan ke dalam
tiga kelompok yaitu kemiskinan absolute, kemiskinan relatif dan kemiskinan
subjektif.
a. Kemiskinan
absolute biasanya dipandang dari sisi kemampuan memenuhi kebutuhan dasarminimum.
Menurut Todaro dalam bukunya pembangunan ekonomi jilid 1, Kemiskinan absolute
adalah situasi ketidakmamapuan atau nyaris tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
dasar berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal.
Pengukuran kemiskinan absolute
1.
Indeks per kepala : proporsi jumlah
penduduk suatu negara yang hidup dibawah garis kemiskinan
2.
Indeks foster greer thorbecke : sebuah
ukuran kelas pada tingkat kemiskinan absolute
3.
Indeks kemiskinan multidimensi : ukuarn
kemiskinan yang mengidentifikasi orang-orang miskin dengan menggunakan batas
ganda bagi tingkat dna jumlah kekurangan, kemudian mengalikan persentase orang”
yang hidup dalam kemiskinan dengan sejumlah indikator tertimbang untuk
menentukan rata” kekurangan yang dialamu rumah tangga yang miskin.
4.
ACWI : pendekatan untuk menghitung
distribusi pendapatan dalam menilai kualitas pertumbuhan adalah dengan
menghitung kenaikan pendapatan bagi semua orang, tetapi dengan memberikan bobot
yang lebih besar pada perolehan pendapatan orang” berpendapat rendah ketimbang
orang” berpendapatan tinggi.
b. Kemiskinan
relatif biasanya diperoleh dengan membandingkan kelompok masyarakat
berpendapatan terendah dengan pendapatan tertinggi
c. Kemiskinan
subjektif, kemiskinan yang dipandang dari persepsi individu itu sendiri.
·
Pengaruh PDRB terhadap tingkat
kemiskinan
Menurut hipotesis Kuznets ( dalam buku Tulus Tambunan, 2011 ) pertumbuhan dan kemiskinan
mempunyai korelasi yang sangat kuat, pada
awal tahap dari proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan
pada saat mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin
berangsur-angsur berkurang. Menurut penelitian Hermanto S. dan Dwi W. (2008)
menyatakan bahwa ketika perekonomian berkembang di suatu wilayah (negara atau
kawasan tertentu yang lebih kecil) terdapat lebih banyak pendapatan untuk
dibelanjakan dan memiliki distribusi pendapatan dengan baik di antara wilayah
tersebut, maka akan dapat mengurangi kemiskinan. Wongdesmiwati (2009)
menyebutkan bahwa penurunan kemiskinan di Indonesia dapat dipengaruhi oleh
tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil dan faktor-faktor pendukung
lainnya, seperti investasi melalui penyerapan tenaga kerja yang dilakukan oleh
swasta dan pemerintah, perkembangan teknologi yang semakin inovatif dan
produktif, serta pertumbuhan penduduk melalui peningkatan modal manusia.
·
Pengaruh
Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan
Menurut Sadono Sukirno (2004), efek
buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada
akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang dicapai seseorang. Semakin turunnya
kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang
mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila
pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu
berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat
dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.
·
PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian
Terdahulu Beberapa penelitian tentang kemiskinan yang telah
dilakukan oleh sejumlah peneliti dengan daerah dan periode waktu yang berbeda
pula, antara lain: Penelitian dari
Anggit Yoga Permana dan Fitrie Arianti Jurusan IESP Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Diponegoro Analisis
Pengaruh PDRB, Pengangguran, Pendidikan, Dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan Di
Jawa Tengah Tahun 2004-2014 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ke empat
variabel dalam kemiskinan. Hasilnya adalah bahwa Laju pertumbuhan PDRB
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, artinya peningkatan laju pertumbuhan PDRB akan
mengurangi kemiskinan. Tingkat pengangguran berpengaruh positif dansignifikan
terhadap kemiskinan,artinya meningkatnya tingkat pengangguran akan berpengaruh
meningkatkan tingkat kemiskinan.
Pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, artinya bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan maka akan mengurangi kemiskinan. Kesehatan berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kemiskinan, artinya bahwa semakin tinggi derajat kesehatan
maka akan mengurangi tingkat kemiskinan.
Penelitian
yang dilakukan oleh Prastyo (2010) dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kemiskinan”. Tulisannya meneliti tentang pengaruh pertumbuhan
ekonomi, upah minimum,
pendidikan, dan pengangguran
terhadap kemiskinan di Jawa Tengah.
Analisis yang dilakukan
adalah analisis deskriptif
dan ekonometrika dengan
menggunakan metode Panel Data. Hasil
dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel
pertumbuhan ekonomi berpengaruh
negatif terhadap tingkat kemiskinan, variabel upah minimum berpengaruh
negatif terhadap tingkat kemiskinan, variabel
pendidikan berpengaruh negatif
terhadap tingkat kemiskinan,
sedangkan variabel pengangguran
memberikan pengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan.
C.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Objek penelitian ini adalah kabupaten Nias Selatan
dengan rentang waktu dari tahun 2009-2013. Dilihat dari data yang ada
kemiskinan yang ada di Nias Selatan dari tahun 2009-2013 mengalami penurunan.
Ini dilihat dari data tahun 2009, persentase penduduk miskin di Nias sekitar
22,19% sedangkan pada tahun 2010-2013 berturut-turut sebesar 20,73%, 19,71%,
19,04% dan 18,83%. Ini menunjukkan adanya penurunan persentase kemiskinan di
Nias Selatan.
Dari indikator PDRB, menunjukkan bahwa PDRB
kabupaten Nias Selatan dari tahun 2009-2013 mengalami peningkatan yaitu dari
tahun 2009 Rp 1182,90 milyar meningkat menjadi Rp 1231.58 milyar tahun 2010, Rp
1286,52 milyar tahun 2010, Rp 1360,87 milyar tahun 2012 dan Rp 1431.03 milyar
tahun 2013.
Dari indikator pengangguran, menunjukkan bahwa persentase
pengangguran kabupaten Nias Selatan tahun 2009 adalah sebesar 3,96%. Tahun 2010
mengalami penurunan menjadi 2,43%. Tahun 20122 mengalami kenaikan menjadi
5,23%. Tahun 2012 pengangguran kembali turun menjadi 0,48% dan tahun 2013
kembali meningkat lagi menjadi 2,79%.
Pengaruh PDRB dan pengangguran di kabupaten Nias
Selatan tahun 2009-2013 yang dianalisis dengan regresi linear berganda dengan
menggunakan sofware spss versi 15.0 for windows, maka diperoleh persamaan
regresi linear berganda sebagai berikut :

X1 = PDRB
X2 = Pengangguran
Hasil
Regresi Linear berganda
Model
Summary(b)
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
1
|
,963(a)
|
,928
|
,856
|
,52528
|
a Predictors: (Constant), Pengangguran, PDRB
b Dependent Variable: Kemiskinan
ANOVA(b)
Model
|
|
Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
1
|
Regression
|
7,102
|
2
|
3,551
|
12,870
|
,072(a)
|
Residual |
,552
|
2
|
,276
|
|
|
|
Total |
7,654
|
4
|
|
|
|
a Predictors: (Constant), Pengangguran, PDRB
b Dependent Variable: Kemiskinan
Coefficients(a)
Model
|
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
|
B |
Std. Error
|
Beta
|
B
|
Std. Error
|
||
1
|
(Constant)
|
22,219
|
,813
|
|
27,318
|
,001
|
PDRB |
-,001
|
,000
|
-,942
|
-4,666
|
,043
|
|
Pengangguran |
,045
|
,157
|
,057
|
,284
|
,803
|
a Dependent Variable: Kemiskinan
Besarnya
Fhitung 12,870 lebih besar dari Ftable 10,10 (
. Jadi, Ha diterima dan
Ho ditolak. Ini menunjukkan bahwa ada pengaruh PDRB dan pengangguran terhadap
tingkat kemiskinan di kabupaten Nias Selatan. Besarnya
koefisien determinasi atau R2=0,856 artinya 85,6% tingkat kemiskinan
dipengaruhi oleh variasi PDRB
dan pengangguran
Sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.



·
Pengaruh
Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB)
terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten Nias Selatan
Pada hasil analisis data yang telah
dilakukan, didapatkan Nilai koefisien 0.001 dan bertanda negatif, menyatakan
bahwa bentuk hubungan PDRB terhadap kemiskinan adalah berbanding terbalik
(negatif) yang berarti bahwa peningkatan faktor PDRB sebesar 1 milyar rupiah
akan menurunkan kemiskinan sebesar 0.001 ribu jiwa. Dalam penelitian ini, uji pengaruh
signifikan ( 0,043 < 0,05), artinya PDRB
mempengaruhi kemiskinan.
Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2008),
Rasidin K. Sitepu dan Bonar M. Sinaga (2005), dan Pradeep Agrawal (2008). Laju
pertumbuhan PDRB merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan
merupakansyarat keharusan (necessary condition) bagi pengurangan tingkat
kemiskinan.Adapun syarat kecukupannya ialah pertumbuhan tersebut hendaklah
menyebar di setiap golongan pendapatan, termasuk di golongan penduduk miskin.
Laju pertumbuhan PDRB menunjukkan peningkatan output secara nasional, output
akan meningkat apabila faktor-faktor produksi pembentuknya juga mengalami
peningkatan baik secara kualitas maupun kuantitas. Peningkatan produksi berarti
menunjukkan peningkatan produktivitas dalam suatu perekonomian, yang diharapkan
juga mampu meningkatkan pendapatan perkapitanya. Meningkatnya pendapatan
tersebut akan meningkatkan daya beli, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dalam rangka mencapai kesejahteraan.
·
Pengaruh
pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kab. Nias Selatan
Pada hasil analisis data yang telah
dilakukan, didapatkan bahwa didapatkan Nilai koefisien 0.045 dan bertanda
positif, menyatakan bahwa bentuk hubungan Pengangguran terhadap kemiskinan
adalah berbanding lurus (positif) yang berarti bahwa peningkatan faktor
pengangguran 1000 jiwa akan meningkatkan kemiskinan sebesar 0.045%. Tetapi
dalam penelitian ini, uji pengaruh tidak signifikan ( 0,803 > 0,05), artinya
pengangguran tidak begitu mempengaruhi kemiskinan.
Menurut Sukirno (2000) dalam Prastyo (
2010), yang menyatakan bahwa dampak buruk dari pengangguran adalah mengurangi
pendapatan masyarakat, dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai.
Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah ekonomi
dan sosial kepada yang mengalaminya. Keadaan pendapatan menyebabkan para
penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya. Apabila pengangguran di
suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan
efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi
dalam jangka panjang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena
menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena
tidak memiliki pendapatan.
D. KESIMPULAN
DAN SARAN
Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Laju
pertumbuhan PDRB berpengaruh negatif dan signifikan (α = 5 persen) terhadap kemiskinan,
artinya peningkatan laju pertumbuhan PDRB akan mengurangi kemiskinan.
2. Tingkat
pengangguran berpengaruh positif dan tidak signifikan (α = 5 persen) terhadap kemiskinan,
artinya meningkatnya tingkat pengangguran akan berpengaruh meningkatkan tingkat
kemiskinan.
SARAN
1.
Pada
penelitian ini ditemukan bahwa peningkatan PDRB berpengaruh signifikan terhadap
jumlah penduduk miskin, oleh sebab itu jika suatu wilayah ingin menguragi angka
kemiskinannya, wilayah tersebut harus meningkatkan produktivitas kerja
masyarakatnya dan mendukung usaha-usaha mikro dan makro yang ada di wilayahnya
sehingga dapat meningkatkan PDRBnya.
2.
Berdasarkan
analisis pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan, diharapkan
pemerintah dapat membuat kebijakan untuk dapat mengurangi angka pengangguran
dengan membuka lapangan kerja baru, mengadakan pelatihan kerja dan pendidikan
untuk memperoleh tenaga kerja yang berkualitas sehingga produktivitas wilayah
Nias Selatan meningkat dan dapat mengurangi angka kemiskinan.
DAFTAR
PUSTAKA
Maipita,
Indra.2013. Memahami & mengukur
kemiskinan.Yogyakarta:Absolute Media.
Todaro,
M.P. dan Stephen C.S. 2006. Pembangunan Ekonomi.Surabaya: Penerbit
Erlangga, Jilid 1.
Tambunan,Tulus.2011.Perekonomian Indonesia.Bogor:penerbit
Ghalia Indonesia.
Cholili, Fatkhul Mufid .2014. Analisis Pengaruh Pengangguran, Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb),
Dan Indeks Pembangunan Manusia (Ipm) Terhadap Jumlah Penduduk Miskin(Studi
Kasus 33 Provinsi Di Indonesia), diakses 25 April 2015.
Anggit Yoga Permana, Fitrie Arianti. 2012. Analisis Pengaruh Pdrb, Pengangguran,
Pendidikan, Dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan Di Jawa Tengah Tahun 2004-2009
(online),Volume 1, Nomor 1, (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ), diakses 25 April 2015.
Sumut.BPS.go.id. diakses
24 April 2015.