Thursday, 26 November 2015

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
 ( PDRB) DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI KABUPATEN NIAS SELATAN TAHUN 2009 – 2013
Ruth Yohana
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh PDRB dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten Nias Selatan tahun 2009-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapat dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara tahun 2009-2013, yang selanjutnya di analisa menggunakan regresi linear berganda menggunakan sofware spss versi15.0 for windows. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Laju pertumbuhan PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, artinya peningkatan laju pertumbuhan PDRB akan mengurangi kemiskinan. Tingkat pengangguran berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan, artinya meningkatnya tingkat pengangguran akan berpengaruh meningkatkan tingkat kemiskinan.
Kata kunci : Kemiskinan, PDRB dan Pengangguran.

A.    PENDAHULUAN
Suatu negara selalu mengharapkan suatu pembangunan ekonomi yang baik dimana tidak adanya pengangguran, pendapatan nasional yang tinggi, pendidikan yang tinggi dan rendahnya angka kemiskinan. Namun, dalam pembangunan ekonomi selalu saja ada masalah yang dialami negara. Salah satunya yang sangat sulit untuk diatasi adalah kemiskinan. Awalnya pengertian kemiskinan adalah suatu keadaan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman, pengertian kemiskinan semakin meluas. Kemiskinan tidak lagi dipandang sebagai ketidakmampuan seseorang memenuhi kebutuhan dasarnya saja, namun sudah berkembang dengan kebutuhan sekunder dan lainnya. Kemiskinan bisa terjadi di negara berkembang dan juga negara maju. Kemiskinan ekstrem tetap mencolok di negara berkembang, sekalipun sudah banyak peningkatan lebih dari setangah abad yang lalu.
Perkembangan ekonomi wilayah merupakan bagian dan kelanjutan dari pembangunan itu sendiri, namun yang terjadi dalam era Pelita I hingga tahun 1997, pembangunan di wilayah Indonesia secara makro terlihat sukses. Dan jika hal ini lebih dikerucutkan, maka akan terlihat kesenjangan dalam bentuk ketimpangan dalam distribusi pendapatan antar kelompok serta kesenjangan ekonomi antar propinsi. Hal ini yang kemudian mendorong adanya desentralisasi pembangunan, yang diwujudkan dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, yang selanjutnya diperbaharui melalui UU No. 32 Tahun 2004. Salah satu perwujudan dari desentralisasi tersebut adalah pemekaran wilayah kepulauan Nias, dimana Nias Selatan yang merupakan wilayah administrasi Kabupaten Nias, melalui UU No. 9 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat dan Kabupaten Humbang Hasundutan pada tanggal 25 Februari 2003 memperoleh hak otonom, yang kemudian diresmikan pada tanggal 28 Juli 2003.
Berikut adalah data kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, PDRB dan pengangguran di kabupaten Nias Selatan.
Data PDRB Kab. Nias Selatan Tahun 2009-2013
Variabel
Tahun
2013
2012
2011
2010
2009
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
1431.03
1360.87
1286.52
1231.58
1182.90
PDRB Atas Harga Berlaku (Milyar Rupiah)
2947.37
2678.83
2442.56
2244.82
2014.35
Data Pengangguran Kab. Nias Selatan tahun 2009-2013
Variabel
Tahun
2013
2012
2011
2010
2009
Jumlah Pengangguran
Berumur 15 Tahun keatas
4313.00
705.00
7237.00
3986.00
4822.00
Tingkat Pengangguran Terbuka
 Penduduk Umur 15 tahun Keatas(%)
2.79
0.48
5.23
2.43
3.96
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
 penduduk Umur 15 Tahun keatas(%)
87.30
80.03
75.19
82.59


76.20

Data Kemiskinan Kab. Nias Selatan tahun 2009-2013
Variabel
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah Penduduk miskin (Juta)
59,91
60,1
57,8
56,05
-           
Persentase penduduk miskin
22,19
20,73
19,71
19,04
18,83
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota, 2011 – 2013

Kabupaten/Kota
Jumlah (000 jiwa)
Persentase  (%)

2011
2012*)
2013
2011
2012*)
2013

Kabupaten

01. N i a s
25,39
24,99
23,28
19,11
18,67
17,28

02. Mandailing Natal
49,05
48,39
40,69
11,98
11,58
9,62

03. Tapanuli Selatan
30,39
29,91
30,77
11,40
11,10
11,33

04. Tapanuli Tengah
50,21
49,61
52,00
15,96
15,03
15,41

05. Tapanuli Utara
33,57
33,09
33,75
11,89
11,55
11,68

06. Toba Samosir
16,93
16,64
16,96
9,67
9,43
9,54

07. Labuhanbatu
42,61
42,08
38,14
10,15
9,61
8,53

08. A s a h a n
73,39
72,32
80,54
10,85
10,52
11,60

09. Simalungun
84,35
83,09
87,72
10,21
9,97
10,45

10. D  a  i  r  i
25,87
25,49
24,00
9,48
9,28
8,68

11. K  a  r  o
37,22
36,71
36,93
10,49
9,93
9,79

12. Deli Serdang
92,33
91,19
91,97
5,10
4,78
4,71

13. L a n g k a t
100,80
99,27
104,31
10,31
10,02
10,44

14. Nias Selatan
57,80
56,94
56,96
19,71
19,05
18,83

15. Humbang Hasundutan
17,50
17,25
17,94
10,09
9,73
10,00

16. Pakpak Bharat
5,39
5,32
4,94
13,16
12,40
11,28

17. Samosir
18,95
18,48
17,18
15,67
15,17
14,01

18. Serdang Bedagai
60,50
59,53
56,55
10,07
9,89
9,35

19. Batu Bara
44,34
43,66
46,86
11,67
11,24
11,92

20. Padang Lawas Utara
24,04
23,72
25,01
10,64
9,98
10,28

21. Padang Lawas
24,04
23,64
21,23
10,56
9,80
8,59

22. Labuhanbatu Selatan
41,74
41,21
37,33
14,86
13,96
12,36

23. Labuhanbatu Utara
39,34
38,68
39,09
11,77
11,34
11,34

24. Nias Utara
39,15
38,51
40,78
30,44
29,50
30,94

25. Nias Barat
24,24
23,84
24,88
29,32
28,57
29,65

Kota

71. S i b o l g a
11,25
11,13
11,08
13,18
13,00
12,90

72. Tanjungbalai
24,24
23,86
24,20
15,52
14,86
14,85

73. Pematangsiantar
26,45
26,01
26,61
11,15
10,79
10,93

74. Tebing Tinggi
18,27
18,02
17,98
12,44
11,93
11,74

75. M e d a n
204,19
201,06
209,69
9,63
9,33
9,64

76. B i n j a i
17,41
17,16
17,48
7,00
6,72
6,75

77. Padangsidimpuan
19,52
19,24
18,44
10,08
9,60
9,04

78. Gunungsitoli
40,97
40,40
41,10
32,12
30,85
30,94


Sumber:  BPS-Survey Sosial Ekonomi Nasional 2011 – 2013

Keterangan: *) Hasil backasting menggunakan penduduk hasil proyeksi


Berdasarkan data kemiskinan diatas, Nias Selatan termasuk salah satu wilayah denga tingkat kemiskinan yang tinggi di Sumatera Utara sama seperti Kota Gunung Sitoli, Nias Utara, Nias Barat, dan Nias. Jumlah penduduk di Nias Selatan tahun 2013 diperkirakan sebanyak 294.069 jiwa. Jika dilihat dari segi pertumbuhan ekonomi, dan pendidikan, kabupaten Nias Selatan sangat memprihatinkan. Pengangguran di Nias Selatan juga tergolong masih banyak. Kabupaten Nias Selatan terkenal sebagai kabupaten yang subur dan sebagian besar wilayahnya berbatasan dengan laut yang berpotensi bidang perikanan laut dan pariwisata laut yang terkenal seperti Sorake dan Lompat Batu di Bawomataluo dan juga ada pada dataran rendah dan dataran bergelombang, dan adanya pelabuhan laut, oleh karena itu Kabupaten Nias Selatan merupakan wilayah yang cukup strategis. Dengan kekayaan alam ini, seharusnya Nias Selatan bisa menjadi kabupaten yang berkembang dan memiliki infrastruktur yang memadai. Namun kenyataannya, Nias Selatan masih cukup tertinggal baik dari segi pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan tingkat penganggurannya. Hal ini disebabkan karena kurangnya kualitas dari tenaga kerjanya. Ini dapat kita lihat dari sektor pendidkan dan kesehatan yang masih memprihatinkan di Nias Selatan. Selain itu, infrastruktur di Nias Selatan juga masih kurang memadai. PDRB kab. Nias juga masih tergolong rendah dibanding wilayah di Sumatera Utara lainnya.  Sehingga pada karya ilmiah ini, ingin diteliti bagaimana sebenarnya pengaruh PDRB dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Nias Selatan.
·         RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana pengaruh produk domestik bruto ( PDRB ) terhadap kemiskinan di kabupaten Nias Selatan ?
2.      Bagaimana pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten Nias Selatan?

·         TUJUAN
Tujuan dari karya ilmiah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui bagaimana pengaruh produk domestik bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten Nias Selatan.
2.      untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten Nias Selatan.

·         HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan  landasan teori, penelitian terdahulu, serta kerangka pemikiran yan telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis yang coba diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada pengaruh PDRB dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten Nias Selatan
Ho : Tidak ada pengaruh PDRB dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten Nias Selatan
·         METODOLOGI PENELITIAN
·         Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
Menurut Sugiyono (2005) dalam Widiastuti (2010) Variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau subyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Terdapat lima jenis variabel, yaitu: variabel independen (pengaruh, bebas, stimulus, prediktor), variabel dependen (dipengaruhi, terikat, output, kriteria, konsekuen), variabel moderator, variabel intervening (antara), dan variabel kontrol.
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.
1.      Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemiskinan di kabupaten Nias Selatan.
2.      Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pengangguran di kabupaten Nias Selatan.

·         Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah disusun dan dipublikasikan oleh instansi tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain:
1.      Kemiskinan
Diperoleh dari data BPS Sumut  Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013.
2.      Tingkat PDRB
Diperoleh dari data BPS Sumut Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013.
3.      Tingkat Pengangguran
Diperoleh dari data BPS Sumut Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013.

·         Metode Analisis
Dalam penelitian ini, menggunakan analisis regresi linear menggunakan aplikasi SPSS 15.0 for windows.

B.     TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa kemiskinan dipengaruhi oleh dua variabel pembangunan ekonomi, antara lain laju pertumbuhan PDRB dan pengangguran. PDRB sebagai indikator pertumbuhan ekonomi di Nias Selatan. Tingkat pengangguran untuk menggambarkan kemampuan suatu struktur perekonomian dalam penyediaan lapangan pekerjaan, dimana akan sangat berpengaruh pada distribusi pendapatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
·         Kemiskinan
Bank dunia mendefinisikan kemiskinan sebagai “ poverty is lack of shelter. Poverty is being sick and not being able to see a doctor. Poverty is not being able to go to school and not knowing how to read. Poverty is not having a job, is fear of the future, living one day at a time. Poverty is losing a child to illness brought about by unclean water. Poverty is powerlessness, lack of representation and freedom”. Kemiskinan berkenaan dengan ketiadaan tempat tinggal, sakit dan tidak mampu untuk berobat ke dokter, tidak mampu untuk sekolah dan tidak tahu baca tulis. Kimiskinan adalah bila tidak memiliki pekerjaan sehingga takut menatap masa depan, tidak memiliki akses akan air bersih. Kemiskinan adalah ketidakberdayaan, kurangnya representasi dan kebebasan.
Kemiskinan biasanya didefinisikan sebagai sejauh mana suatu individu berada di bawah tingkat standar hidup minimal yang dapat diterima olehh masyarakat. Marianti dan Munawar (2006) berpendapat bahwa kemiskinan merupakan fenomena multidimensi, didefinisikan dan diukur dalam banyak cara. Dalam banyak kasus, kemiskinan telah diukur dengan terminologi kesejahteraan ekonomi, seperti pendapatan dan konsumsi. Niemietz (2011) menyatakan bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memebeli barang-barang kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, papan dan obat-obatan.
Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs approach) dalam menentukan kemiskinan. Seseorang tergolong dalam kategori miskin bila tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Rio group (2006) secara umum menggolongkan kemiskinan  ke dalam tiga kelompok yaitu kemiskinan absolute, kemiskinan relatif dan kemiskinan subjektif.
a.       Kemiskinan absolute biasanya dipandang dari sisi kemampuan memenuhi kebutuhan dasarminimum. Menurut Todaro dalam bukunya pembangunan ekonomi jilid 1, Kemiskinan absolute adalah situasi ketidakmamapuan atau nyaris tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal.
Pengukuran kemiskinan absolute
1.      Indeks per kepala : proporsi jumlah penduduk suatu negara yang hidup dibawah garis kemiskinan
2.      Indeks foster greer thorbecke : sebuah ukuran kelas pada tingkat kemiskinan absolute
3.      Indeks kemiskinan multidimensi : ukuarn kemiskinan yang mengidentifikasi orang-orang miskin dengan menggunakan batas ganda bagi tingkat dna jumlah kekurangan, kemudian mengalikan persentase orang” yang hidup dalam kemiskinan dengan sejumlah indikator tertimbang untuk menentukan rata” kekurangan yang dialamu rumah tangga yang miskin.
4.      ACWI : pendekatan untuk menghitung distribusi pendapatan dalam menilai kualitas pertumbuhan adalah dengan menghitung kenaikan pendapatan bagi semua orang, tetapi dengan memberikan bobot yang lebih besar pada perolehan pendapatan orang” berpendapat rendah ketimbang orang” berpendapatan tinggi.

b.      Kemiskinan relatif biasanya diperoleh dengan membandingkan kelompok masyarakat berpendapatan terendah dengan pendapatan tertinggi
c.       Kemiskinan subjektif, kemiskinan yang dipandang dari persepsi individu itu sendiri.

·         Pengaruh PDRB terhadap tingkat kemiskinan
Menurut hipotesis Kuznets ( dalam buku Tulus Tambunan, 2011 ) pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, pada awal tahap dari proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang. Menurut penelitian Hermanto S. dan Dwi W. (2008) menyatakan bahwa ketika perekonomian berkembang di suatu wilayah (negara atau kawasan tertentu yang lebih kecil) terdapat lebih banyak pendapatan untuk dibelanjakan dan memiliki distribusi pendapatan dengan baik di antara wilayah tersebut, maka akan dapat mengurangi kemiskinan. Wongdesmiwati (2009) menyebutkan bahwa penurunan kemiskinan di Indonesia dapat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil dan faktor-faktor pendukung lainnya, seperti investasi melalui penyerapan tenaga kerja yang dilakukan oleh swasta dan pemerintah, perkembangan teknologi yang semakin inovatif dan produktif, serta pertumbuhan penduduk melalui peningkatan modal manusia.

·         Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan
Menurut Sadono Sukirno (2004), efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.




·         PENELITIAN TERDAHULU
            Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian tentang kemiskinan yang telah dilakukan oleh sejumlah peneliti dengan daerah dan periode waktu yang berbeda pula, antara lain: Penelitian dari Anggit Yoga Permana dan Fitrie Arianti Jurusan IESP Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Analisis Pengaruh PDRB, Pengangguran, Pendidikan, Dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan Di Jawa Tengah Tahun 2004-2014 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ke empat variabel dalam kemiskinan. Hasilnya adalah bahwa Laju pertumbuhan PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, artinya peningkatan laju pertumbuhan PDRB akan mengurangi kemiskinan. Tingkat pengangguran berpengaruh positif dansignifikan terhadap kemiskinan,artinya meningkatnya tingkat pengangguran akan berpengaruh meningkatkan tingkat kemiskinan. Pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, artinya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan mengurangi kemiskinan. Kesehatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, artinya bahwa semakin tinggi derajat kesehatan maka akan mengurangi tingkat kemiskinan.
            Penelitian yang dilakukan oleh Prastyo (2010) dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan”. Tulisannya meneliti tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi,  upah  minimum,  pendidikan,  dan  pengangguran  terhadap  kemiskinan  di  Jawa  Tengah.  Analisis  yang  dilakukan  adalah  analisis  deskriptif  dan  ekonometrika  dengan  menggunakan  metode  Panel  Data.  Hasil  dari  penelitian  ini  menunjukkan  bahwa  variabel  pertumbuhan  ekonomi  berpengaruh  negatif terhadap tingkat kemiskinan, variabel upah minimum berpengaruh negatif terhadap tingkat  kemiskinan,  variabel  pendidikan  berpengaruh  negatif  terhadap  tingkat  kemiskinan,  sedangkan  variabel pengangguran memberikan pengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan.

C.    HASIL DAN PEMBAHASAN
Objek penelitian ini adalah kabupaten Nias Selatan dengan rentang waktu dari tahun 2009-2013. Dilihat dari data yang ada kemiskinan yang ada di Nias Selatan dari tahun 2009-2013 mengalami penurunan. Ini dilihat dari data tahun 2009, persentase penduduk miskin di Nias sekitar 22,19% sedangkan pada tahun 2010-2013 berturut-turut sebesar 20,73%, 19,71%, 19,04% dan 18,83%. Ini menunjukkan adanya penurunan persentase kemiskinan di Nias Selatan.
Dari indikator PDRB, menunjukkan bahwa PDRB kabupaten Nias Selatan dari tahun 2009-2013 mengalami peningkatan yaitu dari tahun 2009 Rp 1182,90 milyar meningkat menjadi Rp 1231.58 milyar tahun 2010, Rp 1286,52 milyar tahun 2010, Rp 1360,87 milyar tahun 2012 dan Rp 1431.03 milyar tahun 2013.
Dari indikator pengangguran, menunjukkan bahwa persentase pengangguran kabupaten Nias Selatan tahun 2009 adalah sebesar 3,96%. Tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 2,43%. Tahun 20122 mengalami kenaikan menjadi 5,23%. Tahun 2012 pengangguran kembali turun menjadi 0,48% dan tahun 2013 kembali meningkat lagi menjadi 2,79%.
Pengaruh PDRB dan pengangguran di kabupaten Nias Selatan tahun 2009-2013 yang dianalisis dengan regresi linear berganda dengan menggunakan sofware spss versi 15.0 for windows, maka diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :
X1 = PDRB
X2 = Pengangguran
Hasil Regresi Linear berganda
                                             Model Summary(b)

Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
,963(a)
,928
,856
,52528
a  Predictors: (Constant), Pengangguran, PDRB
b  Dependent Variable: Kemiskinan

                                                                                ANOVA(b)

 

 

Model

Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
7,102
2
3,551
12,870
,072(a)
Residual
,552
2
,276


Total
7,654
4



a  Predictors: (Constant), Pengangguran, PDRB
b  Dependent Variable: Kemiskinan

                                                                              Coefficients(a)

  

 

 

Model

Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
B
Std. Error
1
(Constant)
22,219
,813

27,318
,001
PDRB
-,001
,000
-,942
-4,666
,043
Pengangguran
,045
,157
,057
,284
,803
a  Dependent Variable: Kemiskinan

Besarnya Fhitung 12,870 lebih besar dari Ftable 10,10 ( . Jadi, Ha diterima dan Ho ditolak. Ini menunjukkan bahwa ada pengaruh PDRB dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten Nias Selatan. Besarnya koefisien determinasi atau R2=0,856 artinya 85,6% tingkat kemiskinan dipengaruhi oleh variasi PDRB  dan pengangguran  Sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

·         Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten Nias Selatan
Pada hasil analisis data yang telah dilakukan, didapatkan Nilai koefisien 0.001 dan bertanda negatif, menyatakan bahwa bentuk hubungan PDRB terhadap kemiskinan adalah berbanding terbalik (negatif) yang berarti bahwa peningkatan faktor PDRB sebesar 1 milyar rupiah akan menurunkan kemiskinan sebesar 0.001 ribu jiwa. Dalam penelitian ini, uji pengaruh signifikan ( 0,043 < 0,05), artinya PDRB  mempengaruhi kemiskinan.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2008), Rasidin K. Sitepu dan Bonar M. Sinaga (2005), dan Pradeep Agrawal (2008). Laju pertumbuhan PDRB merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakansyarat keharusan (necessary condition) bagi pengurangan tingkat kemiskinan.Adapun syarat kecukupannya ialah pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar di setiap golongan pendapatan, termasuk di golongan penduduk miskin. Laju pertumbuhan PDRB menunjukkan peningkatan output secara nasional, output akan meningkat apabila faktor-faktor produksi pembentuknya juga mengalami peningkatan baik secara kualitas maupun kuantitas. Peningkatan produksi berarti menunjukkan peningkatan produktivitas dalam suatu perekonomian, yang diharapkan juga mampu meningkatkan pendapatan perkapitanya. Meningkatnya pendapatan tersebut akan meningkatkan daya beli, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka mencapai kesejahteraan.
·         Pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kab. Nias Selatan
Pada hasil analisis data yang telah dilakukan, didapatkan bahwa didapatkan Nilai koefisien 0.045 dan bertanda positif, menyatakan bahwa bentuk hubungan Pengangguran terhadap kemiskinan adalah berbanding lurus (positif) yang berarti bahwa peningkatan faktor pengangguran 1000 jiwa akan meningkatkan kemiskinan sebesar 0.045%. Tetapi dalam penelitian ini, uji pengaruh tidak signifikan ( 0,803 > 0,05), artinya pengangguran tidak begitu mempengaruhi kemiskinan.
Menurut Sukirno (2000) dalam Prastyo ( 2010), yang menyatakan bahwa dampak buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat, dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai. Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya. Keadaan pendapatan menyebabkan para penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.

D.    KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1.      Laju pertumbuhan PDRB berpengaruh negatif dan  signifikan (α = 5 persen) terhadap kemiskinan, artinya peningkatan laju pertumbuhan PDRB akan mengurangi kemiskinan.
2.      Tingkat pengangguran berpengaruh positif dan tidak signifikan (α = 5 persen) terhadap kemiskinan, artinya meningkatnya tingkat pengangguran akan berpengaruh meningkatkan tingkat kemiskinan.
SARAN
1.      Pada penelitian ini ditemukan bahwa peningkatan PDRB berpengaruh signifikan terhadap jumlah penduduk miskin, oleh sebab itu jika suatu wilayah ingin menguragi angka kemiskinannya, wilayah tersebut harus meningkatkan produktivitas kerja masyarakatnya dan mendukung usaha-usaha mikro dan makro yang ada di wilayahnya sehingga dapat meningkatkan PDRBnya.
2.      Berdasarkan analisis pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan, diharapkan pemerintah dapat membuat kebijakan untuk dapat mengurangi angka pengangguran dengan membuka lapangan kerja baru, mengadakan pelatihan kerja dan pendidikan untuk memperoleh tenaga kerja yang berkualitas sehingga produktivitas wilayah Nias Selatan meningkat dan dapat mengurangi angka kemiskinan.


DAFTAR PUSTAKA

Maipita, Indra.2013. Memahami & mengukur kemiskinan.Yogyakarta:Absolute Media.
Todaro, M.P. dan Stephen C.S. 2006. Pembangunan Ekonomi.Surabaya: Penerbit Erlangga, Jilid 1.
Tambunan,Tulus.2011.Perekonomian Indonesia.Bogor:penerbit Ghalia Indonesia.
Cholili, Fatkhul Mufid .2014. Analisis Pengaruh Pengangguran, Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb), Dan Indeks Pembangunan Manusia (Ipm) Terhadap Jumlah Penduduk Miskin(Studi Kasus 33 Provinsi Di Indonesia), diakses 25 April 2015.
Anggit Yoga Permana, Fitrie Arianti. 2012. Analisis Pengaruh Pdrb, Pengangguran, Pendidikan, Dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan Di Jawa Tengah Tahun 2004-2009 (online),Volume 1, Nomor 1, (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ), diakses 25 April 2015.
Sumut.BPS.go.id. diakses 24 April 2015.