TUGAS SEJARAH
DISUSUN OLEH:
RUTH YOHANA
JUNITA FRANSISKA
ANGGI JUMAIDA
YURISA OKTARINA
KELAS XI IPS 2
SMA NEGERI 3 PEKANBARU
A. Perang Aceh
1. Sebab-sebab perang Aceh
Aceh adalah daerah yang bebas mengadakan perdagangan dengan manapun sesuai dengan perjanjian antara Inggris dan Belanda. Kebebasan Aceh ini tidak menguntungkan Belanda, sehingga Belanda menggeledah dan menangkap pelaut-pelaut Aceh. Tindakan Belanda dibalas Aceh dengan menyergap kapal-kapal Belanda dan perang pun tidak dapat terelakkan antara kedua belah pihak. Tahun 1850 diadakan perjanjian untuk menghentikan permusuhan. Namun tahun 1858, Belanda mengadakan perjanjian dengan raja Siak yang isinya Siak dipaksa untuk menyerahkan daerah taklukannya yaitu Deli Serdang, Asahan, dan Langkat kepada Belanda. Perjanjian ini merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan Aceh dan menuduh Belanda telah melanggar perjanjian. Akibatnya, kapal Belanda direbut oleh rakyat Aceh dan tindakan ini disetujui oleh Inggris.
Untuk memperkuat kedudukannya, Aceh berhubungan dengan Kesultanan Turki dan mengguncangkan pemerintah Belanda karena posisi Aceh yang semakin penting sejak dibukanya Terusan Suez. Tahun 1872, Inggris dan Belanda mengadakan perjanjian yang dikenal dengan Traktat Sumatera. Dalam perjanjian tersebut Inggris memberi kelonggaran kepadan Belanda untuk bertindak terhadap Aceh sebaliknya Belanda memberi keleluasaan kepada Inggris untuk berdagang di Siak. Belanda berusaha mencari keterangan dari Aceh tentang hubungannya dengan Konsul Italia dan Amerika. Aceh menolak dan akhirnya Belanda mengumumkan perang Aceh.
2. Jalannya perang Aceh
Dalam menghadapi Belanda, Aceh melakukan siasat perang gerilya. Tahun 1873 pasukan Belanda pertama yang berkekuatan 3800 orang dapat dibinasakan oleh pasukan Aceh berserta pemimpinnya yang bernama Jenderal Kohler. Berikutnya Belanda mengirim 8000 tentara dibawah pimpinan Jenderal Van Swicten dan berhasil merebut istana Kotaraja dan tak lama setelah itu, Sultan wafat. Selam 11 tahun berperang dengan Aceh, Belanda hanya berkuasa di sekitar Kotaraja saja.
Tahun 1893, seorang panglima Aceh yang bernama Teuku Umar berpura-pura menyerah pada Belanda untuk mendapatkan senjata. Tahun 1896 Teuku Umar bersatu kembali dengan pejuang-pejuang Aceh. Di pihak lain muncul perlawanan yang bersifat keagamaan di bawah pimpinan Teungku Cik Di Tiro. Golongan ini menentang Belanda yang dianggap melakukan Kristenisasi di Aceh dan perlawanan ini didasari oleh jihad Fi Sabilillah(perang suci di jalan Allah).
Belanda yang sudah kewalahan menghadapi Aceh, akhirnya mengirim Dr. Snouck Hurgronje untu menyelidiki tata negara Aceh. Hasi menyelidikannya ditulis menjadi sebuah buku yang berjudul De Atjehers.
3. Akhir perang Aceh
Tahun 1899, Belanda mengirim Jenderal Van Heutsz untuk melakukan serangan umum di Aceh Besar, Pidie, dan Samalanga. Serangan ini disebut serangan Sapurata dari pasukan Marchausse(marsose).Serangan ini berhasil mendesak rakyat Aceh mundur ke pedalaman. Untuk menyerbu kepedalaman, Belanda mengirim pasukan di bawah pimpinan Jenderal Van Daalen.
Dalam waktu singkat Belanda berhasil menduduki Aceh, kemudian Belanda membuat plakat pendek yang isinya mengharuskan kerajaan untuk:
~ Mengakui daerahnya sebagai bagian dari kekuasaan Belanda
~ Berjanji tidak akan berhubungan dengan suatu pemerintahan asing
~ Berjanji akan menaati perintah-perintah yang diberikan oleh pemerintah Belanda
Walaupun demikian perlawanan rakyat Aceh masih terus terjadi meski dalam skala kecil. Perlawanan yang paling lama dipimpin oleh Cut Nyak Dien.
B. Perang Batak
1. Sebab-sebab terjadi perang Batak
Kerajaan Batak terletak di wilayah Tapanuli, raja terakhir bernama raja Sisingamangaraja XII(1875-1907). Pusat kedudukan dan pemerintahan kerajaan Batak terletak di Bakkara(sebelah barat daya danau Toba). Alasan masyarakat batak melawan Belanda, pertama, Raja Sisingamangaraja XII tidak sudi daerah kekuasaannya makin diperkecil Belanda. Ia tidak dapat menerima kota Natal, Mandailing, Angkola, Sipirok di Tapanuli Selatan dikuasai Belanda. Kedua, Belanda ingin mewujudkan Pax Netherlandica.
2. Jalannya perang Batak
Untuk mewujudkan Pax Netherlandica, Belanda menguasai daerah Tapanuli Utara sebagai lanjutan pendudukannya atas Tapanuli Selatan dan Sumateera Timur. Belanda menempatkan pasukan pendudukannya di Tarutung dengan dalih melindungi para penyebar Kristen yang tergabung dalam Rhijnsnhezending. Tokoh penyebarannya bernama Nommensen.
Tahun 1878, Sisingamangaraja menyerang kedudukan Belanda di daerah Tapanuli Utara. Peperangan berlangsung kira-kira 7 tahun dan terjadi pada daerah-daerah seperti di Bahal Batu, Buntar, Siborong-borong, Balige, Lumban Juhu, dan Laguboti.
Tahun 1894, Belanda mengerahkan kekuatan untuk menguasai Bakkara sebagai pusat kekuasaan Sisingamangaraja XII. Pertempuran sengit terjadi di daerah Pakpak Dasri, sebelah barat danau Toba. Pasukan Van Daalen yang beroperasi di Aceh Tengah melanjutkan gerakannya ke Tapanuli Utara(1904). sedangkan di Medan didatangkan pasukan lain melalui Kabanjahe dan Sidikalang.
3. Akhir perang Batak
Pasukan marsose di bawah pimpinan Kapten Christoffle berhasil menangkap keluarga Sisingamangaraja XII. Sementara itu Sisingamangaraja XII beserta pengikutnya melarikan diri ke hutan Simsim. Bujukan menyerah ditolak dan dalam pertempuran itu Sisingamangaraja XII gugur bersama seorang putrinya yang bernama Lapian dan dua orang putranya bernama Patuan Nagari dan Patuan Anggi seta sejumlah pengikutnya(17 Juni 1907). Jenazah Sisingamangaraja dibawa ke Tarutung dan dimakamkan di depan Tangsi militer Belanda. Tahun 1953 dipindahkan ke Soposurung di Balige.
terima kasih banyak, Kak🙏👍
ReplyDelete